Senin, 07 Desember 2015


                                                      Aliran Naturalisme dan Idealisme :
oleh : Elisabeth Agnes Tnunay
1.      Hedonisme
Hedonisme adalah pandangan hidup yang menganggap bahwa orang akan menjadi bahagia dengan mencari kebahagiaan sebanyak mungkin dan sedapat mungkin menghindari perasaan-perasaan yang menyakitkan. Gaya hidup hedonis adalah suatu pola hidup yang mencari kesenangan seperti, banyak  menghabiskan waktu diluar rumah, lebih banyak bermain, senang membeli barang-barang yang berharga mahal.Menurut saya Perilaku hedonisme saat ini sudah sangat melekat pada sebagian masyarakat Indonesiaterutama masyarakat yang tinggal dikota-kota besar. Dimana perilaku hidup seperti ini bersifat negative karena hanya mementingkan kenikmatan, kesenangan dan  kepuasaan yang semuanya bersifat duniawi. Contoh yang nyata yang saya temui, pada saat ini kemajuan teknologi informasi telah menawarkan berbagai macam gaya hidup kepada masyarakat terutama kepada generasi muda/remaja. Para remaja berlomba-lomba untuk mengikuti tren gaya hidup untuk mencapai kepuasaan pribadi yang kadang-kadang menjerumus kepada hal-hal yang bersifat negative. Karena banyaknya efek buruk yang ditimbulkan oleh adanya budaya hedonis maka kita perlu untuk mengantisipasinya dengan perlunya keputusan yang tepat dalam memilih barang atau kepentingan, menanamkan pola hidup sederhana dalam pribadi masing-masing, adanya kedewasaan dalam berfikir, perlunya ketelitian dalam mengelola uang terutama uang yang ada pada diri remaja yang biasanya berasal dari orang tua agar pengeluaran tidak lebih besar dari pada pemasukan, dalam berbelanja hendaknya kita mencari suatu yang benar-benar kita perlukan. Tokoh aliran ini adalah Zeno (340-264 SM), Seorang ahli fakir yunani yang terkenal dengan aliran perguruan “Stoa”. Tokoh aliran ini adalah Epikuros (341-270 SM), yang menyatakan ada tiga kelezatan. Kelezatan yang wajar yang diperlukan sekali seperti makanan dan minuman, kelezatan yang wajar yang belum diperlukan sekali seperti makanan Enak, kelezatan yang tidak wajar yang tidak diperlukan yang dirasakan manusia atas dasar fikiran yang salah misalnya kemegahan harta benda. Menurut saya, pola hidup Hedonisme itu tidak baik karena alkitab sendiri mengatakan bahwa sebagai manusia kita harus cukupkan diri kita dengan apa yang ada pada kita. Karena jika kita hidup sperti itu pasti kita akan hidup dalam kekuatiran.
2.      Pragmatisme
Pragmatisme adalah aliran filsafat yang mengajarkan bahwa yang benar adalah segala sesuatu yang membuktikan dirinya sebagai yang benar dengan melihat kepada akibat-akibat atau hasilnya yang bermanfaat secara praktis. Ide menjadi benar ketika memiliki fungsi pelayanan dan kegunaan. Pragmatisme merupakan gerakan filsfat Amerika yang menjadi terkenal selama satu abad terakhir. Ia adalah filsafat yang mencerminkan dengan kuat sifat-sifat kehidupan Amerika. Tokoh-tokoh dari pragmatisme adalah : Charles S. Peirce (1839-1934), George Herberrt Mead (1863-1931), John Dewey (1859-1952) : filsafat harus berpijak pada pengalaman dan mengolahnya secara praktis, menurutnya tak ada sesuatu yang tetap. Manusia senantiasa bergerak dan berubah. Jika mengalami kesulitan, segera berpikir untuk mengatasi kesulitan itu. Kebenaran dari pengertian dapat ditinjau dari berhasil tidaknya mempengaruhi kenyataan. Pandangan filsafat William James (1842- 1910),  menyatakan bahwa tiada kebenaran yang mutlak, berlaku umum, yang bersifat tetap, yang berdiri sendiri lepas dari akal yang mengenal. Sebab pengalaman kita berjalan terus dan segala yang kita anggap benar dalam perkembangan pengalaman itu senantiasa berubah, karena dalam praktek, apa yang kita anggap benar dapat dikoreksi oleh pengalaman berikutnya.
3.      Marxisme
Marxisme adalah sebuah paham yang mengikuti pandangan-pandangan dari Karl Marx pada abad ke-18. Marx menyusun sebuah teori besar yang berkaitan dengan sistem ekonomi, sistem sosial, dan sistem politik. Marxisme mencakup materialisme dialektis dan materialisme historis serta penerapannya pada kehidupan sosial. Negara yang masih menganut marxisme adalah Tiongkok, Vietnam, Korea Utara, Kuba dan Laos. Aliran ini memegang motto ”segala sesuatu jalan dapatlah dibenarkan asalkan saja jalan dapat ditempuh untuk mencapai suatu tujuan”. Jadi apapun dapat dipandang baik asalkan dapat menyampaikan tujuan.
Marxisme merupakan bentuk protes Marx terhadap paham kapitalisme. Ia menganggap bahwa kaum kapital mengumpulkan uang dengan mengorbankan kaum proletar. Kondisi kaum proletar sangat menyedihkan karena dipaksa bekerja berjam-jam dengan upah minimum, sementara hasil pekerjaan mereka hanya dinikmati oleh kaum kapitalis. Banyak kaum proletar yang harus hidup di daerah pinggiran dan kumuh. Marx berpendapat bahwa masalah ini timbul karena adanya "kepemilikan pribadi" dan penguasaan kekayaan yang didominasi orang-orang kaya. Hal paling mendasar yang harus dilakukan manusia agar dapat terus hidup adalah mendapatkan sarana untuk tetap bertahan hidup. Mengenai aliran ini, menindas orang lain bukanlah suatu kebahagiaan. Kita semua adalah manusia yang diciptakan Allah dann sama, oleh karena itu kita harus memperhatikan sesama kita. Jangan kita mengambil bagian yang bukan menjadi milik kita. Karena ketika kita menindas orang lain sama saja kita menindas diri kita sendiri.
4.  Rasionalisme
Rasionalisme adalah paham yang menggunakan logika dan akal sehat untuk berpikir dan tidak menggunakan prinsip-prinsip yang ada di luar nalar atau tahayul. Karena rasionalisme mengungkapkan suatu kebenaran berdasarkan hal-hal yang ada dan pasti sesuai dengan kenyataan atau berdasarkan rasio kita.
Ciri-ciri rasionalisme antara lain, yakni :
  1. Kepercayaan pada kekuatan akal budi manusia.
  2. Penolakan terhadap tradisi, dogma, dan otoritas. Dengan ini berpengaruh pada berbagai bidang antara lain: bidang sosial politik, agama dan ilmu-ilmu pengetahuan.
Munculnya rasionalisme dilatarbelakangi oleh kegundahan dan kegelisahan pada filsuf pada abad pertengahan terhadap sikap masyarakat yang mempercayai mitos dan dogma dari rumah ibadah (gereja). Mereka cenderung menerima begitu saja dogma-dogma tersebut tanpa mau memahami atau mencari kebenarannya. Para filsuf tersebut menganggap gereja telah menghipnotis gerak-gerik aktivitas masyarakat dengan dogma tersebut, seakan-akan kehidupan masyarakat telah didominasi oleh gereja. Hingga pada akhirnya muncullah Rene Descartes. Ia sangat anti terhadap dogma gereja yang menurutnya tidak rasional penuh dengan mitos dan tidak dapat mendorong pada kemajuan pola pikir filsafat pada saat itu. Ia juga merasa bahwa perkembangan pola pikir berjalan sangat lambat. Ia melihat bahwa banyak tokoh gereja yang mengatasnamakan agama yang menyebabkan lambatnya perkembangan pola pikir filsafat. Ia berpendapat bahwa akal adalah sumber dari pengetahuan. Sehingga apapun yang tidak bisa dikaji dengan akal (tidak masuk akal), maka hal tersebut tidak bisa dikatakan sebagai suatu pengetahuan yang ilmiah. Rasionalisme memiliki beberapa tokoh terpenting, diantaranya :
  1. Rene Descartes (1596-1650 M)
Rene Descartes adalah pelopor rasionalisme. Ia merupakan filsuf perancis, ahli matematika dan saintis  yang dijuluki “Bapak Filsafat Eropa Modern”. Rene Descartes berpendapat bahwa sumber pengetahuan yang dapat dipercaya adalah akal. Hanya pengetahuan yang diperoleh lewat akallah yang memenuhi syarat yang dituntut oleh semua pengetahuan yang ilmiah.
    2. Baruch Spinoza ( 1632-1677 M)
Baruch Spinoza menyusun suatu sistem filsafat menyerupai sistem ilmu ukur yang mana kebenaran-kebenaran yang ada tidak perlu dibuktikan lagi. Menurutnya tidak perlu adanya bukti dalam suatu kebeneran, yang ada hanya makna yang dikandung oleh kata-kata yang digunakan. Sehingga Spinoza menetapkan beberapa definisi dari suatu istilah, misalnya substansi, Tuhan, kekekalan, mede, dan sebagainya. Selain itu, Spinoza juga berpendapat bahwa apa saja yang benar-benar ada, maka adanya itu haruslah abadi.
Implementasi rasionalisme pada masyarakat contohnya dalam proses perkembangan ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh manusia harus dimulai dari rasio.Tanpa rasio maka mustahil manusia itu dapat memperoleh ilmu pengetahuan. Karena ilmu pengetahuan sifatnya pasti dan teruji. Implementasi pada diri sendiri contohnya dalam mengerjakan tugas-tugas kuliah kita memanfaatkan rasio dan menyelesaikannya dengan akal pikiran kita,tidak menggunakan hal-hal yang tahayul seperti magic untuk mempercepat selesainya tugas kita. Mengenai aliran ini, berpikir rasional itu menurut saya wajar-wajar saja tetapi harus diingat bahwa ketika kita terlalu menggunakan rasionalisme maka kita akan perlahan-lahan menjauh dari Allah karena kita berpikir bahwa semua yang ada adalah hasil dari rasio kita sendiri.
5.      Positivisme
Pengertian positivisme secara terminologis berarti merupakan suatu paham yang dalam pencapaian kebenarannya bersumber dan berpangkal pada kejadian yang benar-benar terjadi.
Auguste Comte adalah tokoh aliran positivisme yang paling terkenal. Kaum positivis percaya bahwa masyarakat merupakan bagian dari alam dimana metode-metode penelitian empiris dapat dipergunakan untuk menemukan hukum-hukum sosial kemasyarakatan. Aliran ini tentunya mendapat pengaruh dari kaum empiris dan mereka sangat optimis dengan kemajuan dari revolusi Perancis. Bagi Comte untuk menciptakan masyarakat yang adil, diperlukan metode positif yang kepastiannya tidak dapat digugat. Metode positif ini mempunyai 4 ciri, yaitu :
1.      Metode ini diarahkan pada fakta-fakta
2.      Metode ini diarahkan pada perbaikan terus menerus dari syarat-syarat hidup
3.      Metode ini berusaha ke arah kepastian
4.       Metode ini berusaha ke arah kecermatan
Metode positivisme juga mempunyai sarana-sarana bantu yaitu pengamatan, perbandingan, eksperimen dan metode historis. Tiga yang pertama itu biasa dilakukan dalam ilmu-ilmu alam, tetapi metode historis khusus berlaku bagi masyarakat yaitu untuk mengungkapkan hukum-hukum yang menguasai perkambangan gagasan-gagasan. Contoh : ketika ada kasus pembunuhan atau perampasan tanah, maka harus didatangkan seorang saksi mata untuk mengatakan bagaimana kejadian itu terjadi dan apa yang menyebabkan sehingga kebenaran dapat terungkap jika tidak ada saksi mata maka yang bersangkutan harus mengatakan yang sebenarnya. Alkitab sendiri mengatakan bahwa “jika ya, hendaklah kamu katakan ya, jika tidak hendaklah kamu katakan tidak”, artinya kita harus mengatakan kebenaran yang sesungguhnya.
6.      Eksistensialisme
Eksistensialisme adalah aliran filsafat yang pahamnya berpusat pada manusia individu yang bertanggung jawab atas kemauannya yang bebas tanpa memikirkan secara mendalam mana yang benar dan mana yang tidak benar. Ungkapan dari aliran ini adalah ”Truth is subjectivity” atau kebenaran terletak pada pribadinya maka disebutlah baik, dan sebaliknya keputusan itu tidak baik bagi pribadinya maka itulah yang buruk. Eksistensialisme adalah salah satu aliran besar dalam filsafat, khususnya tradisi filsafat Barat. Eksistensialisme mempersoalkan keberadaan manusia, dan keberadaan itu dihadirkan lewat kebebasan. Tokoh eksistensialisme paling dikenal  adalah Jean Paul Sartre, yang terkenal dengan diktumnya "human is condemned to be free" atau manusia dikutuk untuk bebas. Artinya, dengan adanya kebebasan maka manusia itu dapat bertindak. Bagi eksistensialis, ketika kebebasan adalah satu-satunya universalitas manusia, maka batasan dari kebebasan dari setiap individu adalah kebebasan individu lain. Membuat sebuah pilihan atas dasar keinginan sendiri, dan sadar akan tanggung jawabnya pada masa depan adalah inti dari eksistensialisme. Dari aliran ini, saya dapat memberikan contoh: mau tidak mau kita akan terjun ke berbagai profesi seperti guru, pengajar, dan sebagainya, tetapi yang dipersoalkan adalah, apakah kita menjadi guru atas keinginan orang tua, atau keinginan sendiri.
7.      Fenomenologi
Fenomenologi adalah sebuah studi dalam bidang filsafat yang mempelajari manusia sebagai sebuah fenomena. Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh Johann Heinrich Lambert (1728 - 1777), seorang filsuf Jerman. Dalam bukunya Neues Organon (1764). ditulisnya tentang ilmu yang tak nyata. G.W.F. Hegel dan Edmund Husserl adalah dua tokoh penting dalam pengembangan pendekatan filosofis ini. Tradisi fenomenologi berkonsentrasi pada pengalaman pribadi termasuk bagian dari individu-individu yang ada saling memberikan pengalaman satu sama lainnya. Komunikasi di pandang sebagai proses berbagi pengalaman atau informasi antar individu melalui dialog. Fenomenologi menjelaskan fenomena perilaku manusia yang dialami dalam kesadaran. Fenomenologi mencari pemahaman seseorang dalam membangun makna dan konsep yang bersifat intersubyektif. Oleh karena itu, penelitian fenomenologi harus berupaya untuk menjelaskan makna dan pengalaman hidup sejumlah orang tentang suatu konsep atau gejala. Contohnya: Ketika saya mengalami kesulitan dalam kuliah (Misalnya uang bemo) tentunya saya akan menceritakan kepada teman saya, dan teman saya mengatakan bahwa saya juga pernah seperti itu dan kemudian ia membantu saya. Menrut saya aliran ini sanngat baik, kita sebagai manusia membutuhkan orang lain dalam hal apapun, jadi bangunlah relasi yang baik antar sesame tanpa memandaang dia itu siapa.
8.      Utilisme
Secara umum dapat dikatakan bahwa sesuatu hal dikatakan bermanfaat, jika memberikan kebaikan kepada kita atau yang menghindarkan kita dari keburukan. yang menjadi prinsip ialah kegunaan dari ukuran perbuatan baik buruknya, atau dasar besar kecilnya manfaat yang ditimbulkannya, bagi manusia. Tujuan utilitarisme ini adalah kesempurnaan hidup sebanyak mungkin dari segi quality maupun dari segi quantity. Tujuannya adalah kebahagiaan (happiness) orang banyak. Pengorbanan dipandang baik jika mendatangkan manfaat, selain itu sia-sia belaka. Tokoh aliran ini adalah John Stuart Mill (1806-1873) yang menandaskan bahwa kebaikan yang tertinggi (Summun Bonum) ialah utility (manfaat). Sebagai akibat dari pendirian etika utilitarisme, maka segala tingkah laku manusia selalu diarahkan kepada pekerjaan yang membuahkan manfaat yang sebesar-besarnya. Dalam hubungan ini J.S.Mill menerangkan tentang utility yang dikehendakinya : “Utility is happiness for the greatest number of sentiment being” (kebahagiaan untuk jumlah manusia yang sebesar-besarnya). Contoh yang dapat saya berikan dari aliran ini adalah saat kuliah saya diberi tugas dogmatika untuk dikerjakan dan kemudian dipresentasikan di depan kelas, dan materi yang saya dapatkan adalah mengenai “Pengakuan Iman Rasuli” bagian pertama dan kedua, karena materi ini sangat penting maka saya harus berusaha untuk mengerjakannya dan sampai pada saat untuk mempresentasikannya saya harus bisa tepat waktu karena ketika saya terlambat maka yang menjadi rugi adalah teman-teman saya.
9.     Kritisisme
Kritisisme adalah filsafat yang memulai perjalanannya dengan terlebih dulu menyelidiki kemampuan rasio dan batas-batasnya. Pelopor kritisisme adalah Immanuel Kant.
Immanuel Kant (1724 – 1804) mengkritisi Rasionalisme dan Empirisme yang hanya mementingkan satu sisi dari dua unsur (akal dan pengalaman) dalam mencapai kebenaran. Jadi filsafatnya dimaksudkan sebagai penyadaran atas kemampuan-kemampuan rasio secara objektif dan menentukan batas-batas kemampuannya, untuk memberi tempat kepada iman kepercayaan. Dengan filsafatnya Kant bermaksud memugarkan sifat objektivitas dunia dan ilmu pengetahuan. Agar maksud itu terlaksana, orang harus menghindarkan diri dari sifat sepihak rasionalisme dan dari sifat sepihak empirisme. Rasionalisme mengira telah menemukan kunci bagi pembukaan realitas pada diri subjeknya, lepas dari segala pengalaman, sedang empirisme mengira hanya dapat memperoleh pengenalan dari pengalaman saja. Dengan kritisisme, Imanuel Kant mencoba mengembangkan suatu sintesis atas dua pendekatan yang bertentangan ini. Kant berpendapat bahwa masing-masing pendekatan benar separuh, dan salah separuh. Benarlah bahwa pengetahuan kita tentang dunia berasal dari indera kita, namun dalam akal kita ada faktor-faktor yang menentukan bagaimana kita memandang dunia sekitar kita. Ada kondisi-kondisi tertentu dalam manusia yang ikut menentukan konsepsi manusia tentang dunia. Kant setuju dengan Hume bahwa kita tidak mengetahui secara pasti seperti apa dunia "itu sendiri", namun hanya dunia itu seperti tampak "bagiku", atau "bagi semua orang". Menurut saya aliran ini mengajarkan kita untuk berpikir kritis. dan ini terjadi dalam bidang pendidikan serta semua bidang. Kita harus berpikir kritis karena perkembangan teknologi sekarang semakin canggih dan jika kita tidak bisa maka teknologi sendiri akan mempengaruhi kehidupan kita.
10.  Romantik Idealisme Jerman
Romantic Idealisme Jerman  adalah sebuah gerakan seni, sastra dan intelektual yang berasal dari Eropa Barat abad ke-18 pada masa Revolusi Industri. Gerakan ini sebagian merupakan revolusi melawan norma-norma kebangsawanan, sosial dan politik dari periode pencerahan dan reaksi terhadap rasionalisasi terhadap alam, dalam seni dan sastra.
Zaman romantic muncul pada tahun 1750 setelah zaman modern lainnya, yaitu zaman Renaissance, Barok, dan zaman Fajar Budi. Pada zaman romantic, aliran yang digunakan oleh tokoh-tokoh besar saat itu adalah aliran idealism. Aliran Idealisme itu sendiri memprioritaskan terhadap ide-ide dan berlawanan dengan “materialism” yang memprioritaskan dunia material saja. Tokoh zaman romantic yang menganut aliran idealisme adalah George Wilhelm Friedrich Hegel.
Hegel memandang keseluruhan sejarah manusia sebagai penampakan dari pola ini yang mana periode waktu tertentu memuat beberapa konsepsi mengenai hal-hal tertentu dan konsepsi tersebut memuat di dalamnya kontradiksi-kontradiksi atau kesulitan-kesulitan tertentu yang akhirnya menjadi eksplisit. Hegel menyatakan bahwa ada berbagai cara untuk memandang dunia. Ada sejumlah “bentuk-bentuk kesadaran”. Bentuk-bentuk kesadaran tersebut menyatakan lebih baik atau mungkin lebih lengkap, bahwa sesuatu  muncul sebagai bagian dari keseluruhan.
11.  Deontologi
Deontologi berasal dari kata Yunani deon, yang berarti sesuatu yang harus dilakukan atau kewajiban yang harus dilakukan sesuai dengan norma sosial yang berlaku. Sesuatu itu dianggap baik karena tuntutan norma sosial dan moral, apapun dampaknya dan tidak tergantung dari apakah ketaatan atas norma itu membawa hasil yang menguntungkan atau tidak, menyenangkan atau tidak. Istilah ini, digunakan kedalam suatu sistem etika. Istilah ini digunakan pertama kali oleh filsuf dari Jerman yaitu Immanuel Kant. Etika deontologis adalah teori filsafat moral yang mengajarkan bahwa sebuah tindakan itu benar kalau tindakan tersebut selaras dengan prinsip kewajiban yang relevan untuknya. Akar kata Yunani deon berarti 'kewajiban yang mengikat' dan logos berarti “pengetahuan”. Istilah "deontology" dipakai pertama kali oleh C.D. Broad dalam bukunya Five Types of Ethical Theory.
Perbuatan menjadi baik bukan dilihat dari hasilnya melainkan karena perbuatan tersebut wajib dilakukan. Deontologi menekankan perbuatan tidak dihalalkan karena tujuannya. Tujuan yang baik tidak menjadi perbuatan itu juga baik. Di sini kita tidak boleh melakukan suatu perbuatan jahat agar sesuatu yang dihasilkan itu baik, karena dalam Teori Deontologi kewajiban itu tidak bisa ditawar lagi karena ini merupakan suatu keharusan. Dari aliran ini,
contoh yang nyata dalam kehidupan : kita tidak boleh mencuri, berbohong kepada orang lain melalui ucapan dan perbuatan. Para penganut etika deontologis, seperti Immanuel Kant (1724-1804) sebagai pelopornya berpendapat bahwa norma moral itu mengikat secara mutlak dan tidak tergantung dari apakah ketaatan atas norma itu membawa hasil yang menguntungkan atau tidak. Misalnya norma moral "jangan bohong" atau "bertindaklah secara adil" tidak perlu dipertimbangkan terlebih dulu apakah menguntungkan atau tidak, disenangi atau tidak, melainkan selalu dan di mana saja harus ditaati, entah apa pun akibatnya. Menurut saya aliran ini mengingatkan pada saya bagaimana  kita harus mengikut Yesus, kita harus menyangkal diri, memikul salib dan mengikut Dia. Ketika kita berbuat kebenaran di sisi lain ada yang membenci kita, tetapi kita harus ingat bahwa kita berbuat kebenaran/kebaikan bukan karena supaya orang lain menyukai kita tetapi itu yang harus kita lakukan sebagai umat yang percaya kepada Kristus.
12.  Vitalisme
Aliran etika vitalisme berpendirian bahwa yang menjadi baik buruknya perbuatan manusia harus diukur ada tidaknya daya hidup (vitalitas) yang maksimum yang mengendalikan perbuatan itu. Orang kuat ialah orang yang dapat memaksakan kehendaknya dan sanggup menjadikan dirinya selalu ditaati. Aliran ini berusaha mengembangkan salah satu kekuatan naluri dalam diri manusia, yakni instink berjuang (combative instinct).  Menurut saya aliran ini mengajarkan mengenai untuk apa manusia hidup. Apakah manusia hidup dan melakukan segala sesuatu karena memang merupakan kewajibannya atau karena terpaksa. Contoh dalam kehidupan sehari-hari yang saya temui: ada orang yang mau ke gereja, memuji dan memuliakan Tuhan karena memang itu adalah ungkapan syukur atas semua yang sudah Tuhan berikan, tetapi ada orang yang pergi hanya karena memang itu sudah menjadi hal wajib.
Tokoh aliran ini adalah Friedrich Neitzhe (1844-1900), Filsafatnya menonjolkan eksistensi baru sebagai “Libermensh” (manusia sempurna) yang berkemauan keras menempuh hidup baru, filsafatnya bersifat atheistis, tidak percaya pada Tuhan (Penentang gereja di Eropa).
13.  Endaimonisme
Menurut aliran ini, yang merupakan tujuan hidup adalah kebahagiaan. Namun menurut saya aliran ini kurang baik karena manusia hidup dan menjadi lebih baik bukan karena dalam kehidupannya selalu ada kebahagian tetapi karena selalu ada sesuatu “kegagalan” agar manusia mendapatkan kebahagiaan.  Bisa saja kita bahagia atas penderitaan orang tanpa mempedulikannya. Firman Allah sendiri mengatakan bahwa “suka duka itu dipakai oleh Tuhan untuk kebaikan kita”. Kebahagiaan di dunia itu hanya sementara tetapi yang kita harus cari dan dapatkan adalah kebahagiaan yang kekal.
14.  Stoisisme
Stoisisme dirintis oleh zeno (336-264)SM, berasal dari kata Stoa (gang-gang). Inti dari ajaran Stoa adalah etika. menurut ajaran ini, manusia itu adalah bagian dari alam, sehingga ia wajib untuk hidup selaras dengan alam. Contoh nyata, kita tidaak boleh merusak alam dengan membuang sampah sembarangan, menebang pohon dan lain-lain. Karena kita dan alam saling membutuhkan. Kita harus merawat atau menjaga kelestarian alam agar kita pun daapat menghirup udara segar. Tanpa alam kita tidak mungkin hidup (makanan yang kita makan itu berasal dari alam).
15.  Evolusionisme
Paham yang menyatakan bah­wa prinsip dasar proses alam adalah perubahan dan perkembangan bentuk yang lebih rendah dan seder­hana menuju bentuk yang lebih tinggi dan mendekati kesempurnaan. Dalam pandangan ini, alam semesta dan kehidupan manusia dalam segala perwujudan dan aspeknya merupakan hasil perkembangan dan masih berkembang terus. Evolusionisme berkaitan dalam bidang ilmu yaki biologi, antropologi, psikologi, metafisika, etika dan agama. Pelopor evolusionisme modern berutang besar pa­da pemikiran evolusionisme Yunani, misalnya filsuf G. Cardano (1501-1576) mengadaptasikan evolusio­nisme Empedokles dan jiwa dunia dari Zeno menjadi gagasan Kristiani tentang jiwa abadi yang tak dapat mati.
16.  Instrumentalisme
Dalam bahasa Inggris: instrumentalism dari bahasa Latin instrumentum (alat, perkakas, perabot). Pandangan filosofis bahwa ide-ide (hukum, teori, hipotesis) adalah alat yang memungkinkan terjadinya manipulasi dan kalkulasi konseptual tertentu dalam pemecahan teka-teki kehidupan dan peneltian ilmiah. Ide-ide digunakan untuk mengontrol, memperkirakan, menjelaskan, menata, dan menciptakan kemungkinan-kemungkinan bagi pengalaman manusia. Apakah ide-ide betul atau tidak bukan soal. Sebaliknya, yang penting ialah apakah ide-ide itu cukup berguna dan kuat untuk menjelaskan dan menyebabkan perubahan dan memuaskan kebutuhan-kebutuhan serta tujuan-tujuan manusia. Pemikiran dinilai menurut hasilnya dalam membantu sebuah organisme menyesuaikan diri dan karenanya mempertahankan hidup secara sosial dan sesuai dengan lingkungan. Contohnya : Labtop dan Hand Phone yang dapat kita gunakan untuk berkomunikasi jarak jauh, baik itu dengan teman, orangtua, saudara, dapat mengakses internet dengan cepat tanpa harus ke warnet, dll. Bayangkan saja jika manusia sekarang tidak mengenal HP/Labtop, pasti kita akan hidup dalam keterbelakangan. Intinya saat kita menggunakan alat-alat tersebut kita harus bisa menempatkan diri dengan baik, jangan sampai kita menjadikan mereka sebagi “Tuhan” kita.
17.   Analisa Bahasa
Analisa bahasa adalah  metode yang khas dalam filsafat untuk menjelaskan, menguraikan dan menguji  kebenaran ungkapan-ungkapan filosofis. Menguraikan dan menguji kebenaran hanya mungkin dilakukan lewat bahasa karena bahasa memiliki fungsi kognitif. Contohnya: sebagai orang yang berpendidikan kita harus dapat berbahasa sebagai orang yang sudah berpendidikan jangan kita berbahasa seperti orang yang tidak berpendidikan.
18.  Etik Nilai-Nilai

Tidak ada komentar:

Posting Komentar